Selasa, 13 Maret 2012

LAHIRNYA LAGU PANAMBIH MAMAOS CIANJURAN



Seni mamaos Cianjuran yang diciptakan oleh R.A.A.Kusumahningrat Bupati Cianjur (1834-1862) yang dikenal juga sebagai Dalem Pancaniti, adalah merupakan sebuah karya besar dibidang seni. Mamaos Cianjuran pada masa pembentukannya didominasi oleh lagu lagu jenis tembang dengan wanda atau karakter papantunan, rarancagan, jejemplangan dan dedegungan. Namun pada masa  itu terdapat pula lagu degung instrumentalia yang diciptakan oleh R.A.A.Kusumahningrat dan R.A.A.Prawiradiredja II untuk komposisi gamelan degung, namun kemudian dimainkan pula dengan waditra kacapi
Beberapa lagu lagu degung instrumentalia tersebut , yaitu :
1.  Degung Kawitan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
2.  Degung Suyung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
3.  Degung Bangbrangsinanga, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
4.  Jipang Degung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
5.  Degung Jipang Karaton, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
6.  Degung Jipang Lontang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
7.  Degung Jipang Padusunan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
8.  Degung Paningron, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
9.  Degung Gendre, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
10.Degung Kurawul, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
11.Degung Lambang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
12.Degung Putri Layar, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
13.Degung Purwaganti, ciptaan Prawiradredja II,
14 Degung Ujung Lautan, ciptaan Prawiradiredja II,
15.Degung Manintin, ciptaan Prawiradiredja II,
16.Degung Kintil Bueuk, ciptaan Prawiradiredja II,
17.Degung Mangu-Mangu, ciptaan Prawirdiredja II,
18.Degung Palangon, ciptaan Prawiradiredja II,
19.Degung Wabango, ciptaan Prawiradiredja II,
20.Degung Langensari, ciptaan Prawiradiredja II.
21.Degung Papalayon, ciptaan Prawiradiredja II,
22.Degung Palwa, ciptaan Prawiradiredja II,
23.Degung Langgong, ciptaan Prawiradiredja II,
24.Degung Lalayaran, ciptaan Prawiradiredja II. 

Seiring dengan perkembangan mamaos Cianjuran, dari lagu lagu degung instrumentalia inilah kemudian lahir lagu lagu kawih degung yang mempunyai wanda tersendiri  yaitu wanda panambih. 
Adalah Bapa  Endu Sulaeman Afandi yang lebih akrab dipanggil Aki Endu yang mempunyai gagasan dan prakarsa menggubah lagu lagu degung instrumentalia tersebut menjadi kawih degung.
Aki Endu yang kelahiran Cianjur tahun 1906, adalah cicit dari Bapa Askaen seorang seniman mamaos padaleman pada masa Dalem Pancaniti, sejak masih remaja Aki Endu telah berguru mamaos Cianjuran khusus untuk tembang wanda rarancagan dan dedegungan dari Ibu Anah Ruhanah (cucu Maing Buleng seorang seniman tari tarub padaleman pada masa Dalem Pancaniti) dan dari Abah Iing Asikin (ayahnya Ibu Anah Ruhanah, seniman mamaos padaleman pada masa Dalem Pancaniti) . Sedangkan wanda papantunan dan jejemplangan Aki Endu berguru kepada Bapa Da’i dan Ibu Ooh, namun Aki Endu dalam berguru mamaos Cianjuran ini hampir kepada setiap kasepuhan akhli mamaos Cianjuran seperti Ibu Imong dan yang lainnya. Selain menguasai tembang, Aki Endu juga menguasai waditra kacapi, suling, gamelan degung berkat bimbingan dari paman pamannya para seniman padaleman pada masa R.A.A.Prawiradiredja II,  seperti  Bapa Ahim, Bapa Ujang Tohir, Abah Apong dan Bapa Sarwian. Dari merekalah  Aki Endu menguasai lagu lagu gamelan degung instrumentalia  serta memainkannya dengan kacapi. Merasa belum cukup kalau hanya menguasai waditra saja, kemudian Aki Endu berguru  biola kepada Bapa R.Tisna kemudian dilanjutkan berguru kepada Bapa Usup seorang akhli biola yang biasa memainkan lagu lagu Barat anggota perkumpulan musik Lotes pimpinan R.Ahmad Enggah yang masih termasuk keluarga Bupati R.A.A.Prawiradiredja II, dari Bapa Usup pula Aki Endu belajar memainkan gitar,celo, mandolin dan akordeon. Kelak dikemudian hari alat musik biola, gitar, celo dan mandolin oleh Aki Endu dijadikan alat untuk mirig lagu lagu panambih kawih mamaos Cianjuran. Dalam berkeseniannya Aki Endu juga bergaul dengan para seniman wayang golek, dan pernah ikut menjadi nayaga wayang golek dengan bermain biola ketika pemain rebab tidak ada, hal ini menandakan bahwa Aki Endu menguasai lagu lagu kawih gamelan wayang golek. Bahkan Aki Endu sempat menciptakan sebuah lagu kawih Cahya Sumirat atas permintaan Ibu Arnesah seorang sinden wayang golek RRI Studio Jakarta, meskipun lagu ini merupakan kawih gamelan wayang golek namun terdapat reureueus mamaos Cianjuran.

Mulai awal tahun 1920an,dengan berbekal kemampuannya menguasai lagu lagu degung instrumentalia  yang berasal dari lagu lagu gamelan degung,  Aki Endu mulai meneratas menggubah lagu lagu degung instrumentalia tersebut menjadi kawih degung . Dalam proses penggubahan lagu lagu ini, Aki Endu harus mempertimbangkan dengan tepat dari setiap  lagu, bagian mana untuk vokal dan bagian mana pula yang merupakan gelenyu. Pada tahap awal   Aki Endu dengan tekunnya untuk beberapa tahun mencoba mengisi lagu lagu degung instrumentalia tersebut dengan biola sebagai pengganti vokal. Pada masa inilah alat musik biola sudah dipakai sebagai alat pamirig mamaos Cianjuran, meskipun terbatas  untuk membawakan lagu lagu degung instrumentalia ketika para penembang sedang istirahat.
Setelah dirasa adanya keharmonisan antara unsur suara dengan instrumennnya, baru kemudian lagu tersebut diisi oleh vokal penembang. Lagu degung instrumentalia yang pertama kali diisi vokal oleh Aki Endu yaitu Degung Paningron ciptaan R.A.A.Kusumahningrat  dan itu terjadi pada tahun 1926, dan  sejak  saat itulah dalam khasanah mamaos Cianjuran lahir lagu jenis kawih degung, menambah wanda yang sudah ada terlebih dahulu  yaitu wanda papantunan, rarancagan, jejemplangan dan wanda dedegungan.
Dari 24 lagu degung instrumentalia , 17lagu telah digubah oleh Aki Endu menjadi kawih degung, yaitu : Degung Paningron, Degung Jipang Lontang, Degung Jipang Padusunan, Degung Gendre, Degung Kurawul, Degung Lambang, Degung Putri Layar, Degung Purwaganti, Degung Ujung Lautan, Degung Manintin, Degung Kintil Bueuk, Degung Mangu-Mangu, Degung Palangon,Degung Wabango, Degung Langensari , Degung Papalayon dan Degung Lalayaran (Degung Kahiyangan).
Dari lagu lagu kawih degung inilah kemudian berkembang lagu kawih lainnya  yang sampai saat ini dikenal dengan lagu lagu  “panambih”.
Sedangkan 7 lagu lagi tetap sampai saat ini menjadi lagu degung instrumentalia, yaitu : Degung Kawitan, Degung Suyung, Degung Bangbrangsinanga, Degung Jipang, Degung Jipang Karaton, Degung Palwa dan Degung Langgong.

Upaya Aki Endu menggubah lagu degung instrumentalia menjadi lagu kawih degung menuai protes dari beberapa seniman mamaos Cianjuran saat itu, mereka berpendapat sudah menyalahi pakem dan merusak lagu, namun Aki Endu mempunyai pendapat, bahwa mamaos Cianjuran ini perlu lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas dan menarik mereka untuk mau belajar mamaos Cianjuran, dan walaupun lagu lagu degung instrumentalia tersebut telah menjadi kawih degung, namun ciri mandiri lagu lagu kawih degung yang berakar dari seni degung buhun ini  tidak akan hilang, apalagi dalam tekhnik pembawaan lagunya tetap berpatokan pada warna suara dan lagam mamaos Cianjuran, akan berbeda dengan kawih gamelan. Hal ini terbukti di Cianjur sendiri seperti Ibu Ooh dan Ibu Imong yang merupakan guru mamaos Aki Endu dalam wanda tembang, ternyata tertarik kepada lagu lagu kawih degung ini, dan beliau berduapun belajar lagu lagu tersebut kepada Aki Endu ( Jadi diantara Aki Endu, Ibu Ooh dan Ibu Imong terjadi barter ilmu mamaos Cianjuran).
Setelah melakukan gubahan terhadap lagu lagu degung instrumentalia yang kemudian menjadi  panambih kawih degung, Aki Endu mulai mencipta sendiri lagu lagu kawih degung,  beberapa lagu ciptaannya : Titisan Degung ( Degung Rama Nitis), Degung Panggung, Degung Sunda Mekar, Degung Ciaul, Degung Manintin Serang, Degung Lutung, Degung Ganefo.
Beberapa lagu panambih kawih lainnya karya Aki Endu,  yaitu :
Dengkleung, Baluweng, Ayun Batin, Cimplungan, Ande lumut, Ciptasari, Renggong Buyut, Renggong Manis, Renggong Gede, Gunungsari, Lulungu,Rumiang, Kulu kulu Cianjur, Cirebonan Gancang, Toropongan, Papalayon Pelog,Gorompol, Setraganda, Kadewan, Pacul Gowang, Ombak-ombakan, Lara-lara, Perekesit, Gawil, Bungur Pelog, Bungur Sorog, Karanginan, Panglesu, Papalayon, Karaton, Bayeman, Kaindran, Kahiyangan.
Selain dari lagu lagu kawih, Aki Endu menciptakan beberapa tembang, diantaranya :
Gawil, Kinanti lara-lara, Kinanti Bungur, Papalayon sorog, Asmarandana Eros, Kapati-pati, Asmarandana degung, Kintil Bueuk, Gunungsari, Rumiang,Kunosari dan Cahya Sumirat (biasa dtembangkan oleh sinden wayang golek).

Mulai tahun 1930, saat Aki Endu menyebarkan mamaos Cianjuran ke daerah daerah lain ditatar Sunda sepeti Bogor, Jakarta, Banten, Bandung, Garut dan daerah lainnya dengan tetap mengusung keasliannya sebagaimana beliau dapatkan ilmunya dari para kasepuhan seniman akhli mamaos Cianjuran dilingkungan seniman padaleman Kebon Kembang. Seiring dengan itu lagu lagu kawih degung dan lagu degung instrumentaliapun ikut menyebar dan dapat diterima baik dikalangan para seniman mamaos Cianjuran sendiri maupun dikalangan umum. Lagu lagu kawih degung ini yang pada perkembangannya kemudian menjadi lagu lagu panambih, menjadi alat penarik  bagi masyarakat untuk mulai belajar mamaos Cianjuran, dan khusus bagi para seniman mamaos Cianjuran menjadi pemicu dan mengilhaminya  untuk mencipta lagu lagu panambih. Beberapa murid Aki Endu atau yang setidaknya pernah berguru kepada Aki Endu diantaranya: Bapa Jayasurana, Bapa R.S.Eeng Suherman Natadipura, Bapa R.Sadikin, Bapa Bajuri, Ibu Neno, Ibu Emon, Ibu Hj Resna, Ibu R. Meri Muhamad, Ibu Saodah, Bapa Kosasih Atmawinata, Bapa R.Ali Djajakusumah, Bapa Adun (mamaos dan biola),  Ibu Ros Rosita, Ibu Tuti Karman, Bapa Dohim, Bapa Bakang Abubakar (belajar teori membuat lagu panambih dan biola), Bapa Pandi ( kacapi), dan masih banyak lagi yang tidak mungkin dituliskan semuanya disini.

Pada saat ini, dengan berkembangnnya lagu lagu kawih panambih, sepertinya kita jarang mendengar lagu lagu panambih kawih degung  apalagi lagu lagu degung instrumentalia dibawakan oleh para penembang dan seniman Cianjuran. Namun justru keadaan inilah yang menjadikan lagu lagu tersebut menjadi lagu lagu  klasik yang mempunyai ciri mandiri. Di Cianjur sendiri tinggal Bapa Dadan Sukandar atau nama akrabnya Aki Dadan  ( putra Aki Endu) yang masih bisa diandalkan hafal dan mampu membawakannya. Akankah lagu lagu kawih degung dan  degung instrumentalia yang merupakan cikal bakal lagulagu panambih mamaos Cianjuran ini keberadaannya hanya sampai kepada Aki Dadan saja ? 


Kesimpulan :


  • Sejak terciptanya lagu lagu mamaos Cianjuran selain tembang wanda papantunan, rarancagan, jejemplangan dan dedegungan, terdapat juga lagu lagu degung instrumentalia yang berasal dari lagu lagu degung gamelan,
  • Bapa Endu Sulaeman Afandi, seorang seniman mamaos Cianjuran yang lahir di Cianjur (1906-1977), adalah yang pertama kali mempunyai gagasan menggubah lagu lagu degung instrumentalia menjadi lagu lagu kawih degung kemudian berkembang menjadi lagu lagu wanda kawih panambih.
  • Alat musik biola sejak tahun 1926 telah digunakan oleh Aki Endu untuk membawakan lagu lagu degung instrumentalia.
  • Lagu lagu kawih lagam Cianjuran mempunyai ciri mandiri yang berbeda dengan lagu lagu kawih gamelan.
  • Aki Endu telah berkiprah dalam "mupusti, ngariksa, ngaraksa jeung mekarkeun" mamaos Cianjuran sebagai seni luhung titinggal karuhan Cianjur. Beliau adalah PELOPOR LAGU PANAMBIH MAMAOS CIANJURAN.


Titisan degung warisan karuhun,
sim abdi amit rek ngawih, ngawihkeun lagu baheula,
titilar para bujangga, anu ngan kari tapakna, mangga geura parupusti kusadayana,
diriksa didama dama, supaya tembong alusna.
henteu leungit komarana, jadi tuduh keur bangsana,
ayeuna urang mangsana, nya ngaguar pusakana,masing caang narawangan kamana mana,
ulah nyasab salah rampa,bisi poekeun dijalan.
jalan seni kasusastran,seni kawih seni tembang,da geus aya titadina,
teu ngagarap dihesena, urang mah kari neangan nu masih aya,
ulah leeh gancang laas, mun misalah matak tiwas.
===========================================================
Dari obrolan dengan Aki Dadan, serta tutungkusan Bapa R.Ali Djajakusumah Cianjur.

                                                                                                                                                                        aomhajz
mediomaret ‘12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar