Seni
mamaos Cianjuran yang diciptakan oleh R.A.A.Kusumahningrat Bupati Cianjur
(1834-1862) yang dikenal juga sebagai Dalem Pancaniti, adalah merupakan sebuah
karya besar dibidang seni. Mamaos Cianjuran pada masa pembentukannya didominasi
oleh lagu lagu jenis tembang dengan wanda atau karakter papantunan, rarancagan,
jejemplangan dan dedegungan. Namun pada masa itu terdapat pula lagu degung instrumentalia yang diciptakan oleh R.A.A.Kusumahningrat dan
R.A.A.Prawiradiredja II untuk komposisi gamelan degung, namun kemudian
dimainkan pula dengan waditra kacapi
Beberapa lagu lagu degung instrumentalia tersebut , yaitu :
1. Degung Kawitan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
2. Degung Suyung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
3. Degung Bangbrangsinanga, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
4. Jipang Degung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
5. Degung Jipang Karaton, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
6. Degung Jipang Lontang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
7. Degung Jipang Padusunan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
8. Degung Paningron, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
9. Degung Gendre, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
10.Degung Kurawul, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
11.Degung Lambang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
12.Degung Putri Layar, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
13.Degung Purwaganti, ciptaan Prawiradredja II,
14 Degung Ujung Lautan, ciptaan Prawiradiredja II,
15.Degung Manintin, ciptaan Prawiradiredja II,
16.Degung Kintil Bueuk, ciptaan Prawiradiredja II,
17.Degung Mangu-Mangu, ciptaan Prawirdiredja II,
18.Degung Palangon, ciptaan Prawiradiredja II,
19.Degung Wabango, ciptaan Prawiradiredja II,
20.Degung Langensari, ciptaan Prawiradiredja II.
21.Degung Papalayon, ciptaan Prawiradiredja II,
22.Degung Palwa, ciptaan Prawiradiredja II,
23.Degung Langgong, ciptaan Prawiradiredja II,
24.Degung Lalayaran, ciptaan Prawiradiredja II.
1. Degung Kawitan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
2. Degung Suyung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
3. Degung Bangbrangsinanga, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
4. Jipang Degung, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
5. Degung Jipang Karaton, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
6. Degung Jipang Lontang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
7. Degung Jipang Padusunan, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
8. Degung Paningron, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
9. Degung Gendre, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
10.Degung Kurawul, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
11.Degung Lambang, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
12.Degung Putri Layar, ciptaan R.A.A.Kusumahningrat,
13.Degung Purwaganti, ciptaan Prawiradredja II,
14 Degung Ujung Lautan, ciptaan Prawiradiredja II,
15.Degung Manintin, ciptaan Prawiradiredja II,
16.Degung Kintil Bueuk, ciptaan Prawiradiredja II,
17.Degung Mangu-Mangu, ciptaan Prawirdiredja II,
18.Degung Palangon, ciptaan Prawiradiredja II,
19.Degung Wabango, ciptaan Prawiradiredja II,
20.Degung Langensari, ciptaan Prawiradiredja II.
21.Degung Papalayon, ciptaan Prawiradiredja II,
22.Degung Palwa, ciptaan Prawiradiredja II,
23.Degung Langgong, ciptaan Prawiradiredja II,
24.Degung Lalayaran, ciptaan Prawiradiredja II.
Seiring
dengan perkembangan mamaos Cianjuran, dari lagu lagu degung instrumentalia inilah kemudian lahir lagu lagu kawih degung yang mempunyai wanda tersendiri yaitu wanda panambih.
Adalah
Bapa
Endu Sulaeman Afandi yang lebih akrab dipanggil Aki Endu yang mempunyai gagasan dan prakarsa menggubah lagu lagu
degung instrumentalia tersebut menjadi kawih degung.
Aki
Endu yang kelahiran Cianjur tahun 1906, adalah cicit dari Bapa Askaen seorang
seniman mamaos padaleman pada masa Dalem Pancaniti, sejak masih remaja Aki Endu
telah berguru mamaos Cianjuran khusus untuk tembang wanda rarancagan dan
dedegungan dari Ibu Anah Ruhanah (cucu Maing Buleng seorang seniman tari tarub padaleman
pada masa Dalem Pancaniti) dan dari Abah Iing Asikin (ayahnya Ibu Anah Ruhanah,
seniman mamaos padaleman pada masa Dalem Pancaniti) . Sedangkan wanda
papantunan dan jejemplangan Aki Endu berguru kepada Bapa Da’i dan Ibu Ooh,
namun Aki Endu dalam berguru mamaos Cianjuran ini hampir kepada setiap kasepuhan akhli mamaos Cianjuran seperti Ibu Imong dan yang lainnya. Selain menguasai tembang, Aki Endu juga menguasai waditra kacapi, suling, gamelan degung berkat bimbingan dari paman pamannya para seniman padaleman pada masa
R.A.A.Prawiradiredja II, seperti Bapa Ahim, Bapa Ujang Tohir, Abah Apong dan
Bapa Sarwian. Dari merekalah Aki Endu menguasai
lagu lagu gamelan degung instrumentalia
serta memainkannya dengan kacapi. Merasa belum cukup kalau hanya menguasai
waditra saja, kemudian Aki Endu berguru
biola kepada Bapa R.Tisna kemudian dilanjutkan berguru kepada Bapa Usup
seorang akhli biola yang biasa memainkan lagu lagu Barat anggota perkumpulan
musik Lotes pimpinan R.Ahmad Enggah yang masih termasuk keluarga Bupati
R.A.A.Prawiradiredja II, dari Bapa Usup pula Aki Endu belajar memainkan gitar,celo,
mandolin dan akordeon. Kelak dikemudian hari alat musik biola, gitar, celo dan
mandolin oleh Aki Endu dijadikan alat untuk mirig lagu lagu panambih kawih
mamaos Cianjuran. Dalam berkeseniannya Aki Endu juga bergaul dengan para
seniman wayang golek, dan pernah ikut menjadi nayaga wayang golek dengan
bermain biola ketika pemain rebab tidak ada, hal ini menandakan bahwa Aki Endu
menguasai lagu lagu kawih gamelan wayang golek. Bahkan Aki Endu sempat
menciptakan sebuah lagu kawih Cahya Sumirat atas permintaan Ibu Arnesah seorang
sinden wayang golek RRI Studio Jakarta, meskipun lagu ini merupakan kawih
gamelan wayang golek namun terdapat reureueus mamaos Cianjuran.
Mulai
awal tahun 1920an,dengan berbekal kemampuannya menguasai lagu lagu degung
instrumentalia yang berasal dari lagu
lagu gamelan degung, Aki Endu mulai meneratas
menggubah lagu lagu degung instrumentalia tersebut menjadi kawih degung . Dalam
proses penggubahan lagu lagu ini, Aki Endu harus mempertimbangkan dengan tepat
dari setiap lagu, bagian mana
untuk vokal dan bagian mana pula yang merupakan gelenyu. Pada tahap awal Aki
Endu dengan tekunnya untuk beberapa tahun mencoba mengisi lagu lagu degung
instrumentalia tersebut dengan biola sebagai pengganti vokal. Pada masa inilah
alat musik biola sudah dipakai sebagai alat pamirig mamaos Cianjuran, meskipun
terbatas untuk membawakan lagu lagu
degung instrumentalia ketika para penembang sedang istirahat.
Setelah
dirasa adanya keharmonisan antara unsur suara dengan instrumennnya, baru kemudian
lagu tersebut diisi oleh vokal penembang.
Lagu degung instrumentalia yang pertama
kali diisi vokal oleh Aki Endu yaitu Degung Paningron ciptaan
R.A.A.Kusumahningrat dan itu terjadi pada
tahun 1926, dan sejak saat itulah dalam khasanah mamaos Cianjuran
lahir lagu jenis kawih degung, menambah wanda yang sudah ada terlebih
dahulu yaitu wanda papantunan,
rarancagan, jejemplangan dan wanda dedegungan.
Dari
24 lagu degung instrumentalia , 17lagu telah digubah oleh Aki Endu menjadi
kawih degung, yaitu : Degung Paningron, Degung Jipang Lontang, Degung Jipang
Padusunan, Degung Gendre, Degung Kurawul, Degung Lambang, Degung Putri Layar,
Degung Purwaganti, Degung Ujung Lautan, Degung Manintin, Degung Kintil Bueuk,
Degung Mangu-Mangu, Degung Palangon,Degung Wabango, Degung Langensari , Degung
Papalayon dan Degung Lalayaran (Degung Kahiyangan).
Dari
lagu lagu kawih degung inilah kemudian berkembang lagu kawih lainnya yang sampai saat ini dikenal dengan lagu lagu
“panambih”.
Sedangkan
7 lagu lagi tetap sampai saat ini menjadi lagu degung instrumentalia, yaitu :
Degung Kawitan, Degung Suyung, Degung Bangbrangsinanga, Degung Jipang, Degung Jipang Karaton, Degung Palwa dan Degung Langgong.
Upaya
Aki Endu menggubah lagu degung instrumentalia menjadi lagu kawih degung menuai
protes dari beberapa seniman mamaos Cianjuran saat itu, mereka berpendapat sudah
menyalahi pakem dan merusak lagu, namun Aki Endu mempunyai pendapat, bahwa
mamaos Cianjuran ini perlu lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas dan menarik
mereka untuk mau belajar mamaos Cianjuran, dan walaupun lagu lagu degung instrumentalia
tersebut telah menjadi kawih degung, namun ciri mandiri lagu lagu kawih degung yang berakar dari seni degung buhun ini tidak akan hilang, apalagi dalam tekhnik
pembawaan lagunya tetap berpatokan pada warna suara dan lagam mamaos Cianjuran,
akan berbeda dengan kawih gamelan. Hal ini terbukti di Cianjur sendiri seperti
Ibu Ooh dan Ibu Imong yang merupakan guru mamaos Aki Endu dalam wanda tembang,
ternyata tertarik kepada lagu lagu kawih degung ini, dan beliau berduapun
belajar lagu lagu tersebut kepada Aki Endu ( Jadi diantara Aki Endu, Ibu Ooh
dan Ibu Imong terjadi barter ilmu mamaos Cianjuran).
Setelah
melakukan gubahan terhadap lagu lagu degung instrumentalia yang kemudian
menjadi panambih kawih degung, Aki
Endu mulai mencipta sendiri lagu lagu kawih degung, beberapa lagu ciptaannya : Titisan Degung (
Degung Rama Nitis), Degung Panggung, Degung Sunda Mekar, Degung Ciaul, Degung
Manintin Serang, Degung Lutung, Degung Ganefo.
Beberapa
lagu panambih kawih lainnya karya Aki Endu, yaitu :
Dengkleung,
Baluweng, Ayun Batin, Cimplungan, Ande
lumut, Ciptasari, Renggong Buyut, Renggong Manis, Renggong Gede, Gunungsari,
Lulungu,Rumiang, Kulu kulu Cianjur, Cirebonan Gancang, Toropongan, Papalayon
Pelog,Gorompol, Setraganda, Kadewan, Pacul Gowang, Ombak-ombakan, Lara-lara,
Perekesit, Gawil, Bungur Pelog, Bungur Sorog, Karanginan, Panglesu, Papalayon, Karaton,
Bayeman, Kaindran, Kahiyangan.
Selain
dari lagu lagu kawih, Aki Endu menciptakan beberapa tembang, diantaranya :
Gawil,
Kinanti lara-lara, Kinanti Bungur, Papalayon sorog, Asmarandana Eros,
Kapati-pati, Asmarandana degung, Kintil Bueuk, Gunungsari, Rumiang,Kunosari dan
Cahya Sumirat (biasa dtembangkan oleh sinden
wayang golek).
Mulai
tahun 1930, saat Aki Endu menyebarkan mamaos Cianjuran ke daerah daerah lain
ditatar Sunda sepeti Bogor, Jakarta, Banten, Bandung, Garut dan daerah lainnya dengan
tetap mengusung keasliannya sebagaimana beliau dapatkan ilmunya dari para
kasepuhan seniman akhli mamaos Cianjuran dilingkungan seniman padaleman Kebon
Kembang. Seiring dengan itu lagu lagu kawih degung dan lagu degung
instrumentaliapun ikut menyebar dan dapat diterima baik dikalangan para seniman
mamaos Cianjuran sendiri maupun dikalangan umum. Lagu lagu kawih degung ini
yang pada perkembangannya kemudian menjadi lagu lagu panambih, menjadi alat
penarik bagi masyarakat untuk mulai
belajar mamaos Cianjuran, dan khusus bagi para seniman mamaos Cianjuran menjadi
pemicu dan mengilhaminya untuk mencipta
lagu lagu panambih. Beberapa murid Aki Endu atau yang setidaknya pernah berguru
kepada Aki Endu diantaranya: Bapa Jayasurana, Bapa R.S.Eeng Suherman
Natadipura, Bapa R.Sadikin, Bapa Bajuri, Ibu Neno, Ibu Emon, Ibu Hj Resna, Ibu
R. Meri Muhamad, Ibu Saodah, Bapa Kosasih Atmawinata, Bapa R.Ali Djajakusumah,
Bapa Adun (mamaos dan biola), Ibu Ros
Rosita, Ibu Tuti Karman, Bapa Dohim, Bapa Bakang Abubakar (belajar teori
membuat lagu panambih dan biola), Bapa Pandi ( kacapi), dan masih banyak lagi
yang tidak mungkin dituliskan semuanya disini.
Pada
saat ini, dengan berkembangnnya lagu lagu kawih panambih, sepertinya kita jarang
mendengar lagu lagu panambih kawih degung apalagi lagu lagu degung
instrumentalia dibawakan oleh para penembang dan seniman Cianjuran. Namun
justru keadaan inilah yang menjadikan lagu lagu tersebut menjadi lagu
lagu klasik yang mempunyai ciri mandiri.
Di Cianjur sendiri tinggal Bapa Dadan Sukandar atau nama akrabnya Aki
Dadan ( putra Aki Endu) yang masih bisa
diandalkan hafal dan mampu membawakannya. Akankah lagu lagu kawih degung dan degung instrumentalia yang merupakan cikal bakal lagulagu panambih mamaos Cianjuran ini
keberadaannya hanya sampai kepada Aki Dadan saja ?
Kesimpulan :
- Sejak terciptanya lagu lagu mamaos Cianjuran selain tembang wanda papantunan, rarancagan, jejemplangan dan dedegungan, terdapat juga lagu lagu degung instrumentalia yang berasal dari lagu lagu degung gamelan,
- Bapa Endu Sulaeman Afandi, seorang seniman mamaos Cianjuran yang lahir di Cianjur (1906-1977), adalah yang pertama kali mempunyai gagasan menggubah lagu lagu degung instrumentalia menjadi lagu lagu kawih degung kemudian berkembang menjadi lagu lagu wanda kawih panambih.
- Alat musik biola sejak tahun 1926 telah digunakan oleh Aki Endu untuk membawakan lagu lagu degung instrumentalia.
- Lagu lagu kawih lagam Cianjuran mempunyai ciri mandiri yang berbeda dengan lagu lagu kawih gamelan.
- Aki Endu telah berkiprah dalam "mupusti, ngariksa, ngaraksa jeung mekarkeun" mamaos Cianjuran sebagai seni luhung titinggal karuhan Cianjur. Beliau adalah PELOPOR LAGU PANAMBIH MAMAOS CIANJURAN.
Titisan degung warisan karuhun,
sim abdi amit rek ngawih, ngawihkeun lagu
baheula,
titilar para bujangga, anu ngan kari
tapakna, mangga geura parupusti kusadayana,
diriksa didama dama, supaya tembong alusna.
henteu leungit komarana, jadi tuduh keur
bangsana,
ayeuna urang mangsana, nya ngaguar
pusakana,masing caang narawangan kamana mana,
ulah nyasab salah rampa,bisi poekeun
dijalan.
jalan seni kasusastran,seni kawih seni
tembang,da geus aya titadina,
teu ngagarap dihesena, urang mah kari
neangan nu masih aya,
ulah leeh gancang laas, mun misalah matak
tiwas.
===========================================================
Dari obrolan dengan Aki Dadan, serta tutungkusan Bapa R.Ali Djajakusumah Cianjur.
aomhajz
mediomaret ‘12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar