Harian Pikiran Rakyat, Selasa 28 Pebruari 2012 memuat berita diatas.
Diberitakan bahwa perombakan total dimulai
dari rekrutmen, rotasi, mutasi, hingga tunjangan pensiun. Perombakan aturan ini
adalah untuk perbaikan kinerja PNS, dan dilatarbelakangi oleh kinerja PNS saat
ini yang cenderung dinilai kurang bagus, tolok ukur yang tidak jelas, dan
banyak masalah dalam rekrutmen PNS. Dampaknya pegawai yang diangkat bukan yang berkompetensi
dibutuhkan pada bidangnya. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Pusat Kinerja Sumber
Daya Manusia Aparatur di Lembaga Administrasi Negara (LAN), DR.Ema Rahmawiyati.
Yang menarik dikatakan lebih lanjut oleh DR.Ema bahwa “ Aturan ini banyak memangkas campur tangan kepala daerah dalam
pengaturan PNS. Nantinya yang banyak
mengatur adalah sekretaris daerah.”
Jadi memang sudah diakui bahwa
kacaunya manajemen kepegawaian ini akibat adanya campur tangan dari kepala
daerah. Dengan demikian akar permasalahannya ada pada campur tangannya kepala
daerah yang mengatur PNS tanpa mengindahkan aturan. Apakah dengan aturan yang baru itu bisa
menghilangkan campur tangan kepala daerah ? Sekretaris Daerah yang bagaimanakah
yang dapat dan mampu menahan tangan kepala daerah agar tidak ikut campur ?
Jangan jangan aturan yang baru itu hanya mampu mengalihkan tangan yang
ngopepang itu dari kepala daerah kepada
fihak lainnya. Analisis Jabatan sudah ada dari tahun 1990an, namun tidak pernah
dilaksanakan hanya sebatas pelatihan dan pembentukan Tim Analisis jabatan dari
tingkat pusat sampai ke daerah.Keadaan saat ini dalam mutasi pejabat misalnya
peranan kepala daerah memang sangat dominan, mutasi memang hal yang biasa dan dibutuhkan untuk
kepentingan organisasi pemerintahan dan juga sebagai penyegaran bagi para
pejabat atau pegawai. Namun pegawai atau pejabat yang bagaimanakah yang dapat
merasakan segarnya mutasi ? Pada kenyataannya banyak para pegawai atau pejabat
yang sudah belasan tahun duduk pada esselon tertentu, sampai sampai
golongannyapun sudak mentok tidak bisa naik lagi akibat tidak dimutasikan ke
esselon yang lebih tinggi padahal mereka cukup potensial. Mereka itulah
golongan yang tidak bisa menikmati segarnya mutasi, padahal mutasi rutin
dilaksanakan hampir setiap bulan ceuk nu bohong mah. Memang segala sesuatu yang
segar segar itu, pasti memerlukan biaya, coba saja kalau kita pergi ke pasar
mencari ikan segar, tentu harganya akan lebih tinggi dari pada ikan yang sudah
mati, bahkan ikan yang mati bisa gratis. Untuk mencari udara segar bagi
penduduk perkotaan ya... harus pergi berwisata kepegunungan dan tentu harus
mengeluarkan uang, bagi ibu ibu yang umurnya sudah separuh baya ingin kelihatan
segar, harus rutin ke salon mengurus dirinya dan itupun perlu biaya yang tidak
sedikit. Nah......begitu pula para pegawai atau pejabat yang ingin merasakan segarnya mutasi jabatan ke
tingkat yang lebih tinggi sediakan saja uang.....beres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar